Al-Imam Al-Hafidz Adz-Dzahabi (w.748H) menyebut di dalam kitabnya Siyaru A'laam an-Nubala (12/469):
Dan telah berkata Abu ‘Ali al-Ghassaani:
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu al-Fath Nashr bin al-Hasan as-Sakati as-Samarqandi: “Kami datang dari negeri Balansia (Valencia di Sepanyol/Spain) pada tahun 464H. Ketika itu selama selama beberapa tahun hujan tidak turun pada kami di negeri Samarqand. Maka orang ramai pun melakukan ‘istisqo’ (sholat minta hujan) beberapa kali, namun hujan tidak juga turun. Maka, seorang lelaki sholeh yang terkenal dengan kesholehannya mendatangi Qadhi negeri Samarqand.
Dia berkata: Sesungguhnya aku mempunyai satu pendapat yang hendak aku sampaikan kepadamu .
Qadhi berkata: Apakah pendapat itu?.
Dia berkata: Aku berpendapat agar engkau keluar bersama orang-orang menuju kubur al-Imam Muhammad bin Isma’il al-Bukhari. Makam beliau ada di Kharantak. Lalu kita melakukan ‘istisqo’ di sisi kuburnya, semoga Allah menurunkan hujan kepada kita”.
Maka Qadhi berkata : Ya, aku setuju. Lalu, Qadhi itu pun keluar dan diikuti oleh orang-ramai bersamanya. Qadhi tersebut melakukan istisqo’ bersama orang ramai. Orang ramai menangis di sisi kubur dan meminta syafa’at (bertawassul) kepada penghuni kubur (yakni al-Imam al-Bukhari).
Setelah itu, Allah Ta’ala mengutuskan awan yang membawa hujan yang sangat lebat. Orang ramai tinggal di Kharantak selama kurang lebih tujuh hari. Tidak seorang pun yang dapat pulang ke Samarqand kerana lebatnya hujan yang turun. Jarak antara Kharantak dan Samarqand sekitar tiga mil (batu). ~ tamat nukilan.
Al-Waqidi mengatakan;
“Abu Ayyub al-Anshori رضي الله عنه wafat di tahun saat berperangnya Yazid bin Mu’awiyyah di Konstatinopel pada masa khilafah ayahnya iaitu Mu’awiyyahرضي الله عنه tahun 52H, kemudian Yazid mensholatkan jenazahnya. Makamnya@ kuburnya (Abu Ayyub al-Anshori رضي الله عنه berada di pusat benteng Konstantinopel di bumi Rom. Sungguh telah sampai pada kami bahwa kaum (Muslim) Rom memperhatikan makamnya dan berziarah padanya dan juga melakukan sholat istisqa (dengan bertawassul dengannya) jika terjadi musim kemarau.”
(Shifat ash-Shofwah oleh Ibnu Jauzi : 242)
Sumber : Di sini dan di sini
Tiada ulasan:
Catat Ulasan