CARIAN ILMU DI JOMFAHAM :

Jumaat, 31 Oktober 2014

AMALAN HARI ASYURA ATAU 10 MUHARRAM

TRADISI ASYURA ATAU SEPULUH MUHARRAM

Oleh : Ustaz Muhammad Idrus Ramli 

SOAL: 

Setiap hari Asyura atau tanggal sepuluh Muharram, umat Islam banyak melakukan tradisi Islami yang baik. Apakah hal tersebut ada keterangannya dalam kitab para ulama yang mu’tabar dan diperakui?

JAWAB: 

Ya jelas banyak, antara lain dalam kitab I’anah al-Thalibin karya Sayyid Bakri Syatha al-Dimyathi, dan penjelasan Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Qudus al-Makki, ulama Syafi’iyah terkemuka dan pengajar di Masjid al-Haram, dalam kitabnya Kanz al-Najah wa al-Surur fi al-Ad’iyah al-Ma’tsurah allati Tasyrah al-Shudur, halaman 82, sebagai berikut:

فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ عَشْرٌ تَتَّصِلْ # بِهَا اثْنَتَانِ وَلَهَا فَضْلُ نُقِلْ
صُمْ صَلِّ صِلْ زُرْ عَالِمًا عُدْ وَاكْتَحِلْ # رَأْسَ الْيَتِيْمِ امْسَحْ تَصَدَّقْ وَاغْتَسِلْ
وَسِّعْ عَلىَ الْعِيَالِ قَلِّمْ ظَفَرَا # وَسُوْرَةَ اْلإِخْلاَصِ قُلْ أَلْفًا تَصِلْ

Pada hari Asyura terdapat dua belas amalan yang memiliki keutamaan

1) Puasa

2) Memperbanyak ibadah shalat

3) Shilaturrahmi dengan keluarga dan famili

4) Berziarah kepada ulama

5) Menjenguk orang sakit

6) Memakai celak mata

7) Mengusap kepala anak yatim

8) Bersedekat kepada fakir miskin

9) Mandi

10) Membuat menu makanan keluarga yang istimewa

11) Memotong kuku

12) Membaca surah al-Ikhlash 1000 kali.

SOAL: 

Maaf, itu kan keterangan dari ulama muta’akhkhirin, bukan ulama ahli hadits terdahulu. Kami ingin keterangan dari ulama ahli hadits masa lalu? Karena kami khawatir itu justrru tradisi Syiah, bukan Ahlussunnah Wal-Jama’ah.

JAWAB:

Justru menurut ulama ahli hadits terdahulu, tradisi Asyura lebih banyak dari pada keterangan di atas. Misalnya seperti yang telah dijelaskan oleh al-Imam al-Hafizh Ibnu al-Jauzi al-Hanbali, (508-597 H/1114-1201 M), seorang ulama ahli hadits terkemuka bermadzhab Hanbali, yang menjelaskan dalam kitabnya al-Majalis sebagai berikut:

فَوَائِدُ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ
اَلْفَائِدَةُ اْلأُوْلَى: يَنْبَغِيْ أَنْ تَغْسِلَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَقَدْ ذُكِرَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى يَخْرِقُ فِيْ تِلْكَ اللَّيْلَةِ زَمْزَمَ إِلىَ سَائِرِ الْمِيَاهِ، فَمَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَئِذٍ أَمِنَ مِنَ الْمَرَضِ فِيْ جَمِيْعِ السَّنَةِ، وَهَذَا لَيْسَ بِحَدِيْثٍ، بَلْ يُرْوَى عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ. اْلفَائِدَةُ الثَّانِيَةُ: الصَّدَقَةُ عَلىَ الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ. اْلفَائِدَةُ الثَّالِثَةُ: أَنْ يَمْسَحَ رَأْسَ الْيَتِيْمِ. اَلْفَائِدَةُ الرَّابِعَةُ أَنْ يُفَطِّرَ صَائِمَا. اَلْفَائِدَةُ الْخَامِسَةُ أَنْ يُسْقِيَ الْمَاءَ. اَلْفَائِدَةُ السَّادِسَةُ أَنْ يَزُوْرَ اْلإِخْوَانَ. اَلْفَائِدَةُ السَّابِعَةُ: أَنْ يَعُوْدَ الْمَرِيْضَ. اَلْفَائِدَةُ الثَّامِنَةُ أَنْ يُكْرِمَ وَالِدَيْهِ وَيَبُرَّهُمَا. الْفَائِدَةُ التَّاسِعَةُ أَنْ يَكْظِمَ غَيْظَهُ. اَلْفَائِدَةُ الْعَاشِرَةُ أَنْ يَعْفُوَ عَمَّنْ ظَلَمَهُ. اَلْفَائِدَةُ الْحَادِيَةَ عَشَرَةَ: أَنْ يُكْثِرَ فِيْهِ مِنَ الصَّلاَةِ وَالدُّعَاءِ وَاْلاِسْتِغْفَارِ. اَلْفَائِدَةُ الثَّانِيَةَ عَشَرَةَ أَنْ يُكْثِرَ فِيْهِ مِنْ ذِكْرِ اللهِ. اَلْفَائِدَةُ الثَّالِثَةَ عَشَرَةَ أَنْ يُمِيْطَ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ. اَلْفَائِدَةُ الرَّابِعَةَ عَشَرَةَ أَنْ يُصَافِحَ إِخْوَانَهُ إِذَا لَقِيَهُمْ. اَلْفَائِدَةُ الْخَامِسَةَ عَشَرَةَ: أَنْ يُكْثِرَ فِيْهِ مِنْ قِرَاءَةِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ لِمَا رُوِيَ عَنْ عَلِيٍّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: مَنْ قَرَأَ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَلْفَ مَرَّةٍ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ وَمَنْ نَظَرَ إِلَيْهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ أَبَدًا.

Beberapa faedah amalan soleh  pada hari Asyura

1) Mandi pada hari Asyura. Telah disebutkan bahwa Allah SWT membedah komunikasi air Zamzam dengan seluruh air pada malam Asyura’. Karena itu, siapa yang mandi pada hari tersebut, maka akan aman dari penyakir selama setahun. Ini bukan hadits, akan tetapi diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.

2) Bersedekah kepada fakir miskin.

3) Mengusap kepala anak yatim.

4) Memberi buka orang yang berpuasa.

5) Memberi minuman kepada orang lain.

6) Mengunjungi saudara seagama.

7) Menjenguk orang sakit.

8) Memuliakan dan berbakti kepada kedua orang tua.

9) Menahan amarah dan emosi.

10) Memaafkan orang yang telah berbuat aniaya.

11) Memperbanyak ibadah shalat, doa dan istighfar.

12) Memperbanyak dzikir kepada Allah.

13) Menyingkirkan apa saja yang mengganggu orang di jalan.

14) Berjabat tangan dengan orang yang dijumpainya.

15) Memperbanyakkan membaca surat al-Ikhlash sampai seribu kali. Karena atsar yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, barangsiapa yang membaca 1000 kali surah al-Ikhlash pada hada hari Asyura, maka Allah akan memandang-Nya. Siapa yang dipandang oleh Allah, maka Dia tidak akan mengazabnya selamanya. (Al-Hafizh Ibnu al-Jauzi al-Hanbali, kitab al-Majalis halaman 73-74, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah).

Jadi tradisi-tradisi tersebut bukan tradisi Syiah. Tetapi murni Islami dan Ahlussunnah Wal-Jama’ah dan ahli hadits.

SOAL: 

Sebahagian masyarakat Nusantara berbagi-bagi bubur pada hari Asyura. Apakah hal tersebut ada dalilnya?

JAWAB:

Ya, berbagi bubur kepada tetangga itu kan bagian dari sedekah. Jelas ada dalilnya. Berkaitan dengan tradisi membuat makanan Bubur Syuro pada hari Asyura ini, ada hadits shahih yang mendasarinya.

عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ فِيْ سَنَتِهِ كُلِّهَا. حديث صحيح (رواه الطبرانى، والبيهقى).

“Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang menjadikan kaya keluarganya (dalam hal belanja dan makanan) pada hari Asyura, maka Allah akan menjadikannya kaya selama satu tahun tersebut.” Hadits shahih. (HR. al-Thabarani dan al-Baihaqi).
Berkaitan dengan hadits tersebut, al-Imam al-Hafizh Ahmad al-Ghumari menulis kitab khusus tentang keshahihannya berjudul, Hidayah al-Shaghra’ bi-Tashhih Hadits al-Tausi’ah ‘ala al-‘Iyal Yauma ‘Asyura’. Bahkan al-Imam al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbali, murid Syaikh Ibnu Taimiyah, berkata dalam kitabnya Lathaif al-Ma’arif, sebagai berikut:

وَقَالَ ابْنُ مَنْصُوْرٍ: قُلْتُ لأَحْمَدَ: هَلْ سَمِعْتَ فِي الْحَدِيْثِ: ( مَنْ وَسَّعَ عَلىَ أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ أَوْسَعَ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ السَّنَةِ) فَقَالَ: نَعَمْ رَوَاهُ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ جَعْفَرٍ اْلأَحْمَرِ عَنْ إِبْرَاهِيْمِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنِ الْمُنْتَشِرِ وَ كَانَ مِنْ أَفْضَلِ أَهْلِ زَمَانِهِ أَنَّهُ بَلَغَهُ: أَنَّهُ مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ أَوْسَعَ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ فقَالَ ابْنُ عُيَيْنَةَ: جَرَّبْنَاهُ مُنْذُ خَمْسِيْنَ سَنَةً أَوْ سِتِّيْنَ سَنَةً فَمَا رَأَيْنَا إِلاَّ خَيْرًا. (الإمام الحافظ ابن رجب الحنبلي، لطائف المعارف، ص ١٣٧-١٣٨).

“Ibn Manshur berkata, “Aku berkata kepada Imam Ahmad, “Apakah Anda mendengar hadits, “Barangsiapa yang menjadikan kaya keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan menjadikannya kaya selama setahun?” Ahmad menjawab, “Ya. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Sufyan bin Uyainah dari Ja’far al-Ahmar, dari Ibrahim bin Muhammad, dari al-Muntasyir –orang terbaik pada masanya-, bahwa ia menerima hadits, “Barangsiapa yang menjadikan kaya keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan menjadikannya kaya selama satu tahun penuh”. Sufyan bin Uyainah berkata, “Aku telah melakukannya sejak 50 atau 60 tahun, dan selalu terbukti baik.” (al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbali, Lathaif al-Ma’arif, hal. 137-138).

Perhatikan, ternyata tradisi sedekah Asyura telah berlangsung sejak generasi salaf.

SOAL: Berarti kelompok yang enggan melakukan tradisi Asyura dan bahkan hanya  mencela dan membid’ahkan tidak punya dasar ya?

JAWAB: Ya jelas tidak punya dasar.

SOAL: Apa tujuan mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura?

JAWAB: Pertanyaan Anda dijelaskan dalam hadits berikut ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلاً شَكَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ امْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ وَأَطْعِمْ الْمِسْكِينَ. رواه أحمد. قال الحافظ الدمياطي ورجاله رجال الصحيح.

Dari Abu Hurairah, bahwa seorang laki-laki mengeluhkan hatinya yang keras kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu beliau bersabda: “Usaplah kepala anak yatim, dan berilah makan orang miskin.” (HR. Ahmad [9018]. Al-Hafizh al-Dimyathi berkata: “Para perawinya adalah para perasi hadits shahih.” Lihat, al-Hafizh al-Dimyathi, al-Matjar al-Rabih fi Tsawab al-‘Amal al-Shalih, hlm 259 [1507]).

Perhatikan, dalam hadits di atas, mengusap kepala anak yatim dan bersedekah makanan kepada kaum miskin termasuk kita bagi mengatasi hati yang keras. Kita perhatikan, orang yang tidak suka mengusap kepala anak yatim, dan membid’ahkan orang yang gemar selamatan, hatinya selalu keras, meskipun ribuan dalil disampaikan, masih saja hatinya menolak kebenaran. Hadaanallaahu waiyyaakum. Amin. Wallahu a’lam.

Bacaan tambahan :

1. Amalan yang disunatkan pada 10 Muharram - Mufti Brunei
http://jomfaham.blogspot.com/2009/12/ketahuilah-amalan-yang-disunatkan-pada.html

2. Soal Jawab Amalan Di Bulan Muharram - Ustaz Syed Abdul Kadir Aljoofre
http://jomfaham.blogspot.com/2012/11/soal-jawab-amalan-di-bulan-muharram.html

Selasa, 28 Oktober 2014

DALIL DOA AKHIR TAHUN DAN AWAL TAHUN



Oleh : Ustaz Muhammad Idrus Ramli

SOAL: “Apakah doa akhir tahun dan awal tahun ada dalilnya?

JAWAB: “Ya jelas ada dalilnya. Masakan doa tidak ada dalilnya. Di dalam al-Qur’an Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (60)

“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina". (QS. Ghafir : 60).

Ayat di atas memberikan pesanan agar kita selalu berdoa kepada Allah, dan Allah menjanjikan akan mengabulkan doa kita. Sedangkan orang yang sombong dari menyembah-Nya seperti tidak mahu berdoa kepada-Nya, diancam dimasukkan ke neraka Jahanam.

Perintah berdoa dalam ayat di atas bersifat mutlak dan umum. Karena itu berdoa pada akhir tahun dan awal tahun, masuk dalam keumuman perintah ayat tersebut.”

SOAL: “Tapi dalil khusus akhir tahun dan awal tahun kok tidak ada.”

JAWAB: “Ada, yaitu diqiyaskan dengan doa awal waktu dan akhir waktu. Misalnya doa pada awal bulan dan akhir bulan. Dalam kitab-kitab hadits diriwayatkan:

DOA AWAL BULAN

عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ: " اَللهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَاْلإِيْمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَاْلإِسْلاَمِ رَبِّيْ وَرَبُّكَ اللهُ " رواه الدارمي والترمذي وقال: حديث حسن

Dari Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila melihat hilal (bulan pada tanggal 1, 2 dan 3), maka beliau berdoa: “Ya Allah, perlihatlah bulan ini kepada kami dengan kebahagiaan, keimanan, keselamatan dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.” (HR. al-Darimi [1730] dan al-Tirmidzi [3451]. Al-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan”.).

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ : " اَللهُ أَكْبَرْ ، اَللّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِاْلأَمْنِ وَاْلإِيْمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَاْلإِسْلاَمِ ، وَالتَّوْفِيْقِ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى ، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللهُ ". رواه الدارمي

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila melihat hilal, maka berdoa: “Allah Maha Besar. Ya Allah, perlihatkanlah bulan ini kepada kami dengan keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman dan pertolongan pada apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai. Tuhan kami dan Tuhanmu adalah Allah.” (HR. al-Darimi [1729]).

عَنْ قَتَادَةَ ، أَنَّهُ بَلَغَهُ ، أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ : " هِلاَلُ خَيْرٍ وَرُشْدٍ ، هِلاَلُ خَيْرٍ وَرُشْدٍ ، هِلاَلُ خَيْرٍ وَرُشْدٍ ، آَمَنْتُ بِاللهِ الَّذِيْ خَلَقَكَ " ، ثلاث مرات ، ثم يقول : " اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ ذَهَبَ بِشَهْرِ كَذَا وَجَاءَ بِشَهْرِ كَذَا ". رواه ابو داود

Dari Qatadah, bahwa telah sampai kepadanya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila melihat hilal, maka berdoa: “Semoga bulan ini membawa kebaikan dan petunjuk. Semoga bulan ini membawa kebaikan dan petunjuk. Semoga bulan ini membawa kebaikan dan petunjuk. Aku beriman kepada Allah yang telah menciptakanmu.” Sebanyak tiga kali, kemudian berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah membawa pergi bulan ini, dan datang dengan bulan ini.” (HR. Abu Dawud [5092]).

Hadits-hadits di atas menunjukkan anjuran membaca doa pada awal bulan, setelah perginya bulan sebelumnya. Doa akhir tahun dan awal tahun, dianjurkan juga, dengan diqiyaskan pada doa awal bulan di atas. Di sisi lain, dalam kitab-kitab hadits juga disebutkan doa-doa yang dianjurkan pada awal terbitnya Matahari dan setelah terbenamnya Matahari, sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab tentang doa dan dzikir, seperti kitab al-Adzkar karya al-Imam an-Nawawi dan semacamnya. Wallahu a’lam.

SOAL: “Kalau dalil doa akhir tahun dan awal tahun tersebut didasarkan pada dalil qiyas, apakah hal ini  dibenarkan?”

JAWAB: “Ya tentu  dibenarkan. Qiyas dalam ibadah telah dilakukan oleh para ulama sejak generasi salaf, para sahabat, ahli hadits dan para imam madzhab, termasuk Imam Ahmad bin Hanbal, Imam al-Bukhari dan lain-lain. Bahkan Syaikh Ibnu Baz juga banyak melakukan qiyas dalam bab ibadah, sebagaimana dapat dibaca dalam sebagian fatwa-fatwa beliau.

SOAL: “Apakah penjelasan khasiat doa akhir tahun dan awal tahun tersebut dapat dibenarkan?”

JAWAB: “Ya tentu saja  dibenarkan. Khasiat ayat al-Qur’an, doa dan dzikir telah diakui oleh seluruh ulama. Syaikh Ibnu Qayyimil Jauziyyah, murid terkemuka Syaikh Ibnu Taimiyah, panutan kaum Wahabi-(bukan-Salafi), berkata:

وَمِنَ الْمَعْلُوْمِ أَنَّ بَعْضَ الْكَلامِ لَهُ خَوَاصُّ وَمَنَافِعُ مُجَرَّبَةٌ فَمَا الظَّنُّ بِكَلامِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ الَّذِيْ فَضْلُهُ عَلَى كُلِّ كَلامٍ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ الَّذِيْ هُوَ الشِّفَاءُ التَّامُّ وَالْعِصْمَةُ النَّافِعَةُ وَالنُّوْرُ الْهَادِيْ وَالرَّحْمَةُ العَامَّةُ الَّذِيْ لَوْ أُنْزِلَ عَلَى جَبَلٍ َتَصَدَّعَ مِنْ عَظَمَتِهِ وَجَلالَتِهِ قَالَ تَعَالَى وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ للمؤمنين [ الإسراء: 82 ] وَ مِنْ هَا هُنَا لِبَيَانِ الْجِنْسِ لاَ لِلتَّبْعِيْضِ هَذَا أَصَحُّ الْقَوْلَيْنِ. (ابن القيم، زاد المعاد في هدي خير العباد، 2/162).

“Dan telah dimaklumi bahwa sebagian perkataan manusia memiliki sekian banyak khasiat dan aneka kemanfaatan yang dapat dibuktikan. Apalagi ayat-ayat al-Qur’an selaku firman Allah, Tuhan semesta alam, yang keutamaannya atas semua perkataan sama dengan keutamaan Allah atas semua makhluk-Nya. Tentu saja, ayat-ayat al-Qur’an dapat berfungsi sebagai penyembuh yang sempurna, pelindung yang bermanfaat dari segala marabahaya, cahaya yang memberi hidayah dan rahmat yang merata. Dan andaikan al-Qur’an itu diturunkan kepada gunung, niscaya ia akan pecah karena keagungannya. Allah telah berfirman: “Dan kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. al-Isra’: 82). Kata-kata “dari al-Qur’an”, dalam ayat ini untuk menjelaskan jenis, bukan bermakna sebagian menurut pendapat yang paling benar. (Ibn al-Qayyim, Zad al-Ma’ad, 2/162).

Perhatikan, dalam pernyataan di atas, Syaikh Ibnu Qayyimil Jauziyyah menjelaskan bahwa khasiat doa dan dzikir termasuk hal yang dimaklumi di kalangan umat Islam. Bagi yang tidak percaya dengan khasiat tersebut, tangisilah dirinya, karena telah menyimpang dari kemakluman yang diakui dalam agama.”

SOAL: “Dari mana untuk mengetahui khasiat ayat al-Qur’an, doa dan dzikir?”

JAWAB: “Sebahagian dari hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebahagian juga dari pengalaman orang-orang soleh dan ilham yang diterima oleh para auliya atau orang-orang yang ma’rifat kepada Allah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh al-Hafizh as-Suyuthi dalam al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an.”

SOAL: “Apakah kepercayaan terhadap khasiat yang diperoleh dari kaum para auliya dan orang-orang soeh tidak merosakkan akidah Islam.”

JAWAB: “Tidak merosakkan. Bahkan mempercayai khasiat yang diperoleh dari pengalaman dan ilham para auliya dan orang soleh termasuk bahagian dari akidah umat Islam. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Taimiyah dalam al-‘Aqidah al-Wasithiyyah.”

SOAL: “Siapa dari kalangan ulama yang menganjurkan doa akhir tahun dan awal tahun?”

JAWAB: “Ya banyak sekali, terutama ulama Timur Tengah dan seluruh dunia. Anda boleh baca dalam kitab Kanz al-Najah wa al-Surur fi al-Ad’iyah al-Ma’tsurah allati Tasyrahu al-Shudur, karya Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Qudus al-Makki al-Syafi’i, (1277-1335 H).”

Wallahu a’lam.

Isnin, 20 Oktober 2014

ISU ANJING 'I WANT TO TOUCH A DOG' DAN JAWAPANNYA OLEH ILMUWAN AGAMA





ISU ANJING LAGI ?

Kali ini, program 'I WANT TO TOUCH A DOG ' dibuat di Malaysia.

Jawapan Bahagian Pengurusan Fatwa : KEDUDUKAN ANJING DALAM ISLAM SERTA HUKUM BERKAITANNYA :

e-fatwa gov my

Sumber pendalilan anjing adalah najis mengikut Mazhab Asy Syafie sebagaimana dalam hadith :

1. Apabila anjing menjilat mangkuk kamu, maka tumpahkanlah air yang di dalamnya dan basuhlah mangkuk itu 7 kali. (Hadith sahih riwayat Muslim)

2. Apabila menjilat anjing akan mangkukmu, maka basuhlah mangkuk itu 7 kali yang pertama dengan tanah (Hadith sahih riwayat Muslim)

3. Apabila anjing menjilat mangkukmu , maka basuhlah mangkuk itu 7 kali, yang paling akhir dengan tanah (Riwayat Muslim)

4. Apabila menjilat anjing akan mangkukmu, maka basuhlah mangkuk itu 7 kali, salah satunya dengan tanah (Hadith riwayat Muslim)

5. Kebersihan mangkuk kamu apabila dijilat anjing harus dicuci antaranya dengan tanah (Riwayat Muslim)

6. Kalau anjing minum di mangkukmu maka cucilah mangkuk itu 7 kali (Hadith riwayat Imam Bukhari, lihat Fathul Bari jilid 1, halaman 286)

7. Dari Ibnu Mas'ud al Ansari beliau berkata : Bahawasanya Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam melarang menerima harga anjing, wang kerana zina dan upah tukang tenung. (hadith riwayat Imam Bukhari, lihat Fathul Bari jilid 5, halaman 331)

8. Dari Ibnu Abbas radiyallahu 'anhu : Melarang Nabi Muhammad sallaLlahu 'alaihi wasallam menerima harga anjing. Dan Nabi bersabda kalau datang orang meminta harga anjing maka penuhilah telpak tangannya dengan tanah (Hadith riwayat Abu Daud, lihat Fathul Bari jilid 5, halaman 331).

9. Tidak masuk malaikat ke rumah yang ada di dalamnya anjing dan gambar (patung) (Riwayat Imam Bukhari dan Muslim)

10. Barangsiapa menyimpan anjing, terkecuali anjing pemburu atau pengembala, maka dikurangkan pahala amalannya dua kirat satu hari (Riwayat Imam BUkhari dan Muslim)

Pandangan dalam Mazhab Asy Syafie mengenai kenajisan Anjing :

Imam Asy Syafie :

Kitab al Umm - Kalau minum pada mangkuk itu anjing atau babi maka tidaklah bersih mangkuk itu kecuali kalau dibasuh 7 kali (Al Umm, juzu' 1, halaman 6)

Imam An Nawawi :

Dalam kitab Minhaj menerangkan : Najis itu ialah sekalian benda yang cair yang memabukkan, anjing, babi dan anak-anak yang lahir dari keduanya, bangkai (selain mayat manusia, ikan dan belalang), darah, nanah, muntah, tahu, kencing, mazi, wadi, mani (selain mani manusia) dan mani haiwan yang tidak dimakan.

Imam Ramli :

Dalam kitab Nihayah : Dan yang najis juga anjing walaupun anjing yang sudah terdidik. (Nahayah, juzu' 1, halaman 218)

Syeikh Yusuf Ardabili :

Najis-najis itu ialah khamar, sekalian yang membuatkan mabuk, anjing babi dan anak yang terbit dari keduanya... (Al Anwar, juzu' 1, halmaan 6)

Imam Khatib Syarbaini :

Dan yang najis juga adalah anjing, walaupun anjing terdidik, kerana hadith yang tersebut dalam kitab Muslim (Mughni, Juzu' 1, halaman 78)

HUKUM MENJAUHI NAJIS

Wajib bagi seorang Muslim agar menjauhi najis dan menyentuhnya di setiap waktu dan keadaan sama ada di dalam solat atau di luar solat maka dalam hal ini segolongan ahli ilmu mengatakan memegang najis tanpa keperluan (yang diizinkan syarak seperti beristinjak) adalah diharamkan walaupun di luar solat iaitu secara sengaja.

(Tuhfah al Muhtaj fi Syarh al Minhaj 1/481)

Disahkan hukum ini oleh Imam Nawawi, rafie dan kesemua muta'akhirin.

Jawapan oleh Ustaz Engku Ahmad Fadzil :

https://www.facebook.com/epade?fref=ts

Memang ada khilaf dalam isu kenajisan anjing. Jumhur ulama berpendirian anjing najis pada keseluruhannya. Sebahagian ulama mengatakan najis pada liur jilatannya sahaja dan sebahagian mengatakan suci. Namun di dalam berfatwa ada beberapa adab dan panduan.

1) berfatwa mengikut mazhab masyarakat setempat. Di sini mazhabnya Syafie, maka yang awla mengikut mazhab Syafie iaitu anjing najis keseluruhannya (yang juga merupakan pandangan jumhur fuqaha)

2) mengambil jalan ihtiaath (cermat). Di dalam masalah ini yang cermat adalah berpegang dengan pandangan jumhur bahawa anjing najis keseluruhannya.

3) apabila telah jelas pendapat yang rajih (yang kuat) maka perlu berpegang kepada yang rajih kecuali atas keperluan yang mendesak. Di dalam masalah ini ramai ahli ilmu melihat pendapat jumhur sebagai yang rajih.

4) sekiranya tidak jelas mana yang rajih (kuat) sekalipun, kaedah mengatakan "keluar dari perkara khilaf digalakkan:

الخروج من الخلاف مستحب

Di dalam isu ini keluar daripada khilaf adalah dengan bertindak berasaskan pendapat yang mengatakan anjing itu najis keseluruhannya.

Secara jujur apa yang saya perhatikan sekarang bukan strictly hukum feqah semata2. Ada pergerakan tersusun untuk menimbulkan keraguan ummat Islam terhadap agama mereka. Mereka mulakan dengan yang boleh makan cekak dahulu, bab sentuh anjing, mereka tahu ada khilaf tentang kenajisannya, yang penting akan timbul di dalam hati ummat Islam, ooo.. Yg aku pegang selama ni tak betul rupa2nya. Ntah2 banyak lagi yang tak betul dalam agama Islam selama ni. Padahal kalau khilaf sekalipun yang ahwath (lebih cermat) adalah meraikan pendapat yang mengatakan najis.

Lepas ni babi pula, Melayu tak geli babi makan daging je haram, pegang takpe, tulang, kulit semua ok, pastu arak, Melayu tak geli arak, dibawa pendapat yang mengatakan arak tu tak najis, yang haram kalau minum, kalau tak minum, mandi arak pun tak pa. Pastu couple, Melayu tak anti couple, sebab yang haram tu cuma zina, couple dilarang sebab sadd zari'ah je. Kalau memang tak nak berzina tak salah keluar bercouple dll. Depa pandai, sikit2 depa cungkil bagi terpelanting buang pegangan ummat Islam
نسأل الله العفو والعافية

Jawapan Ustaz Ellyeen Amineen :

https://www.facebook.com/ellyeen.amineen/posts/835639296481441?fref=nf

Masih ada lagi yang tanya tentang kung kung kung...

Pegang anjing tak haram tp najis. Tapi bukan bermakna boleh suka suka nak pegang dan belai utk ditonton dibangga-banggakan.

Aurat ibu kepada anak lelakinya adalah pusat hingga lutut. Tapi bukan bermakna ibu boleh berlenggeng depan anaknya kat dalam rumah tanpa helai baju, tanpa coli.

Suami dihalalkan cium tubuh isterinya. Tapi bukan bermakna boleh dibuat di pentas keramaian.

Aurat lelaki dalam solat ialah pusat hingga lutut. Tapi bukan bermakna imam boleh ikat kain pelikat tanpa pakai baju.

Hidup bukan semata hukum boleh tak boleh, tp ada namanya maslahat, kaedah, adab, adat resam, mazhab amalan setempat, budaya, tatasusila, sensitiviti dan banyak lagi yg diambil hitung kira.

Cadangan Ustaz Dr Nik Roskiman :

https://www.facebook.com/roskiman/posts/10205259934087451

Mari kita anjurkan "kempen Melayu takutkan Allah", atau "kempen dirikan solat" atau "kempen jauhi zina" yang jauh lebih manfaat yang mampu mendekatkan kita dengan Allah SWT.

Jangan salahkan orang awam terpengaruh dengan kempen "sentuh anjing". Yang duduk kempen jangan sensitif dengan anjing ini pun datangnya dari segelintir ustaz-ustaz kita juga yang tolak amalan bermazhab. Haru biru masyarakat dibuatnya oleh mereka yang kononnya menyeru jangan "taksub" mazhab.



Jawapan Dr Asmadi Mohamed Naim :

https://www.facebook.com/asmadi.mohamednaim/posts/741645282569865

Bermain Dengan Anjing: Kerana samak atau mahu meniru budaya Barat?
Jika tujuannya untuk mempelajari 'cara samak', ia adalah cara belajar yang termasuk dlm 'bid'ah makruhah' (bid'ah yang makruh) sebab tiada dalam sunnah mempelajari bersuci mesti dengan cara menyentuh najis. Justeru, kita tidak dengar para sahabat, para salaful ummah menyentuh-nyentuh najis manusia, anjing dan sebagainya untuk menunjukkan cara bersuci daripada najis. Kalau betul kerana mahu belajar samak, mungkin boleh ditanya kenapa tidak diletakkan 'babi dan najis manusia untuk disentuh?

Maksud Syarak apabila menjadikan ianya bernajis, bukan tujuan untuk disentuh-sentuh atau dimanjai (namun bukan juga untuk dizalimi). Jadi, mempromosi sikap memanjai anjing sebegini, bertentangan dengan maksud Syariat Islam.
Jika tujuannya ialah untuk meniru budaya barat yang menjadikan 'anjing-anjing manjaan' maka ia adalah "bid'ah muharramah" (bid'ah yang haram), kerana tasyabbuh dengan cara hidup barat. Gambar-gambar yang dipaparkan lebih menunjukkan masing-masing lebih ke arah menjadikan anjing sebagai binatang manjaan sebagaimana masyarakat barat.

Jika hendak mendidik sayang pada binatang-bintang, banyak cara yang boleh dibuat, antaranya menjadikan kucing sebagai "model", dan ianya bukan untuk ditendang dan dibuang.
Wallahu ta'ala a'lam.