Halaman

Khamis, 25 November 2010

Adab menuntut ilmu hadis



















Oleh :
Ustaz Husni Allangkati

Pada saat ini penuntut ilmu hadis semakin banyak dan bertambah, di setiap negara kita melihat banyak Universitas yang membuka khusus jurusan hadis sehingga setiap tahunnya dapat mengeluarkan puluhan bahkan ratusan sarjana hadis, tetapi yang jadi permasalahan adalah, kenapa begitu banyak sarjana keluaran hadis tidak mencapai derajat " Muhaddis " dan "al-Hafizh" tetapi cenderung selalu menjadi pengikut utama dan setia Syeikh Nasiruddin al-Bani dalam segala sohehnya dan do`ifnya, padahal beliau sendiri belum mencecah tahap al-Hafizh, sebesar mana kefantikkan muridnya kepada al-Bani tetapi mereka tidak ada yang mampu mengatakan bahwa al-Bani itu seorang al-Hafizh.

Apakah faktor-faktor yang menyebabkan pelajar ilmu hadis tidak mampu naik ke tahap yang lebih tinggi ? Dari pengamatan penulis sebab-sebab pelajar tidak memiliki kemampuan yang handal dan mencapai gelaran yang lebih tinggi adalah karena tidak mengikuti cara dan adab-adab menuntut ilmu hadis, cuba pikirkan, penulis pernah berbicara dengan seorang mahasiswa yang telah menyelesaikan studynya didalam jurusan hadis, penulis hanya sekedar bertanya apakah beliau pernah membaca sohih Bukhari kepada seorang Syeikh atau guru, beliau dengan bangga mengatakan itu nggak perlu (tidak perlu), sebab itu sistem pengajian hadis pada masa dahulu, jawaban ini memang tidak profesional. Mana kehebatan ulama-ulama hadis pada zaman sekarang jika di bandingkan dengan ulama-ulama dahulu ? Jika jelas Muhaddis dahulu lebih hebat maka semestinya kita mengikuti cara dan etika mereka.

Apakah kebanggaan ketika kita cuma mengatakan, : " telah mensohihnyannya al-Bani di dalam Jami` Sohih, telah mendho`ifkannya al-Bani di dalam Silsilatu Do`ifah mengikuti beliau dengan taklid buta dan menyerang ulama hadis zaman dahulu karena kefanatikkan yang berlebihan terhadap al-Bani ? Jika seseorang mengkritik al-Bani maka sudah jelas dia sesat karena berani mengkritik al-Bani, tapi jika al-Bani mengkritik al-Hafizh Ibnu Hajar, maka mereka akan mengatakan, "Oh itu biasa, Ibnu Hajar kan manusia mungkin salah mungkin benar", Yang jadi permasalahan, apakah al-Bani bukan manusia dan juga mungkin berbuat kesalahan ?, tapi kenapa kebal kritikkan, kebalnya itu disebabkan fanatik yang berlebih-lebihan.

Dengan begitu tahulah kita sebab kelemahan kita bermula dari cara dan etika kita yang salah dan tidak mengikuti prosedur yang telah di tetapkan oleh para ulama hadis, para pelajar ilmu hadis tidak menjaga adab-adab menuntut ilmu hadis, sebab itu penulis ingin menyebutkan sebahagian adab-adab yang patut di laksanakan oleh seorang pelajar ilmu hadis :

ADAB-ADAB PENUNTUT ILMU HADIS

1 - Berniat ikhlas

Penuntut ilmu hadis mesti berniat ikhlas, niat yang ikhlas di dalam belajar ilmu hadis merupakan kunci keberhasilan mendapatkan ilmu yang berkat dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, pelajar mesti berniat bahwa tujuaannya untuk belajr ilmu hadis adalah karena Allah s.w.t,bukan disebabkan agar orang memanggilnya Muhaddis, bukan disebabkan dunia, bukan disebabkan untuk berbangga-bangga dan selainnya..

2 - Memperbaiki akhlak dan adabnya

Bagi penuntut ilmu hadis mesti memperbaiki akhlak dan adabnya, tidak berlaku kasar, berbicara benar, tawadhu`, rendah diri, lambat marah, sopan santun, menghormati yang tua dan mengasihi yang muda, menjauhi perkara-perkara yang haram, tidak menzolimi orang lain, berlaku adil, menjauhkan hal-hal yang menjatuhkan harga diri, sebab ilmu hadis merupakan ilmu yang sangat tinggi dan mulia, sudah seharusnya bagi penuntut ilmu hadis memiliki akhlak yang baik dan berbudi pekerti yang tinggi.

3 - Memulai penuntutan ilmu hadis dari negeri sendiri.

Bagi penuntut ilmu hadis semestinya memulai menuntut ilmu dari negeri sendiri, mencari ulama hadis yang memiliki sanad yang tinggi dan keilmuan yang luas, yang masyhur dan kuat beragama, sebagaimana yang telah di lakukan oleh seluruh imam-imam ahli hadis seperti Imam Bukhari yang memulai pengajian hadisnya di kampung sendiri Bukhara, kemudian berpindah ke Naisaburi, seterusnya ke Baghdad, kemudian melanjutkan perantauan menuntut hadis ke Makkah dan Madinah dan mengakhirinya ke Mesir.

4 - Merantau menuntut ilmu hadis

Bagi pelajar ilmu hadis yang sudah mengaji dan menuntut ilmu hadis di negerinya sediri, maka sebaiknya memulai perantauan dan pengembaraan untuk menuntut ilmu hadis ke negeri-negeri yang masyhur dengan ulama-ulama hadis, seperti Makkah, Madinah, Yaman, Syam ( sekarang meliputi Syiria, Yordania, Palestina, Lubanan ) dan Mesir, kota-kota ini dahulu telah dilewati oleh pembesar-pembesar ulama hadis di dunia seperti Imam Syafi`i, Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud dan lain-lainnya, sementara Imam Malik hanya menuntut ilmu di kota Madinah, sebab beliau tidak ingin meninggalkan kota Madinah yang penuh dengan berkah dan ketika di Madinah ulama-ulama yang pakar didalam ilmu hadis banyak sekali sehingga tidak di perlukan untuk keluar dari kota Madinah.

Berkata Imam al-Khatib al-Baghdadi : Tujuan mengembara ada dua perkara :

1 - Agar mendapatkan sanad yang tinggi dan mendengar hadis ( dari seorang al-Hafizh ).

2 - Agar bertemu dengan ulama-ulama yang telah bertarafkan al-Hafizh, sambil bermuzakaroh dan mengambil pengajaran dari mereka.

Jika dua perkara ini ada di negerinya sendiri dan tidak ada di negeri yang lain maka tidak ada gunanya mengadakan pengembaraan, dan jika dua perkara itu ada di negerinya dan negeri yang lain maka mulailah dari negerinya kemudian baru menjalankan pengembaraan di negeri orang lain.

Pada zaman sekarang orang yang berderajatkan al-Hafizh sudah tidak ada lagi, tetapi ulama-ulama yang bertahap Musnid dan Muhaddis masih ada,diantara negeri-negeri yang masih memiliki ulama ahli hadis dan Musnid adalah :

1 - Makkah

a - Sayyid Nabil bin Hasyim al-Ghamri Ali Ba`lawi, seorang Muhaddis dan Musnid.

b - Syeikh Muhammad Amin bin Abdullah al-Harari, seorang Musnid dan ahli dalam segala bidang ilmu.

c - Syeikh Sayyid Abu Alwy Hamid al-Kaf seorang Musnid ternama dan khalifah Syeikh Yasin Fadani di Hijaz dan sekitarnya.

2 - Madinah al-Munawwarah

a - Syeikh Habibullah Qurban al-Hindi seorang ahli hadis dan musni ternama.

b - Syeikh Muhammad Awamah al-Halabi al-Hamafi seorang ahli hadis dan musnid terkenal.

c - Syeikh Malik Ibnu Arabi as-Sanusi al-Maliki seorang Musnid.

3 - Syiria

a - Syeikh Muhammad Hani Kahil seorang Musnid besar

b - Syeikh Muhammad al-Fatih al-Kattani seorang Musnid terkenal

3 - Lubnan

a - Syeikh Yusuf bin Abdurrahman al-Mar`asyli seorang Musnid ternama dan terkenal

4 - Mesir

a - Syeikh Mahmud Said Mamduh al-Qahiri seorang Muhaddis abad ini dan Musnid Mesir khalifah Syeikh Yasin al-Fadani di Mesir.

b - Syeikh Muhammad Ibrahim al-Kattani seorang ahli hadis dan Musnid Iskandariyah.

c - Syeikh Ahmad Ma`bad Abdul Karim seorang ahli hadis dan Musnid terkenal.

5 - Morocco ( Maghribi )

a - Syekh Abdullah bin Abdul Qadir at-Talidi seorang Muhaddis dan musnid Magribi.

6 - Indonesia

a - Syeikh Muhammad Husni Tamrin al-Banjari seorang Musnid yang besar.

b - Syeikh Ahmad Dasturi seorang Musnid

7 - Malaysia

a - Syeikh Soleh bin Jalaluddin al-Fulfilani seorang musnid Malaysia

8 - Iraq

a - Syeikh Akram Abdul Wahab al-Maosuli

9 - Yaman

a - Muhammad bin Ali al-Ajlan as-Son`ani seorang Musnid yang terkenal.

b - Syeikh Muhammad Salim as-Sathiri seorang Musnid besar.

Ini sebahagian ulama yang semestinya pelajar ilmu hadis mengambil hadis dari mereka jika berada di negeri-negeri yang telah kami sebutkan.

5 - Menghapal dan mengamalkan hadis

Bagi penuntut ilmu hadis semestinya menghapal dan mengamalkan segala hadis yang telah didengarkannya kepada gurunya, sebab dengan mengamalkan hadis dapat memudahkan bagi pelajar menghapal hadis tersebut.

6 - Menghormati gurunya

Semestinya bagi penuntut ilmu hadis menghormati gurunya dan memuliyakannya, selalu mencari keridhaannya, dan tidak membuatnya marah, sebab dengan begitu termasuk telah memuliakan ilmu, dengan menghormati ilmu dan guru akan mendatangkan keberkatan didalam menuntut ilmu, berdiri ketika waktu guru berdiri, mencium tangan guru sebagaimana yang dibuat oleh sahabat yang mulia Abdullah bin Abbas.

7 - Terus mencari ilmu tanpa malu

Bagi penuntut ilmu dianjurkan agar terus menuntut ilmu dan menanyakkan permasalahan-permasalahan kepada gurunya tanpa ada rasa takut, malu dan rasa sombong, sebab dengan banyak bertanya akan menghasilkan ilmu yang banyak dan mampu memahami permasalahan yang sulit.

8 - Rajin menulis dan mencatat maklumat

Sudah semestinya penuntut ilmu rajin mencatat seluruh maklumat yang dia dengar dari gurunya, mendengar keterangan guru dengan teliti, memahami seluruh apa yang disampaikan, mengetahui mana yang sohih dan mana yang do`if, memperhatikan sebutan teks hadis, nama-nama perawi dan i`rab kalimat.

Ini sebahagian adab-adab penuntut ilmu hadis, jika anda ingin keterangan yang lebih lanjut maka silahkan merujuk kepada buku-buku yang lebih luas dalam memaparkan permasalahan ini.


Rujukan :

1 - Tadribu ar-Rawi, Karangan al-Hafizh Jalalu ad-Din Abdur Rahman as-Sayuti : 2 / 366, cetakan al-Maktabah Taufiqiyyah, Cairo.

2 - al-Ba`its al-Hatsits Syarah Ikhtisor Ulumi al-Hadis Li al-Hafiz Ibnu Kasir , karangan Syeikh Ahmad Muhammad Syakir, halaman : 129, terbitan Maktabah Dar at-Turats Cairo, cetakan tahun 1423-2003.

3 - Nuzhtu an-Nazhor Syarah Nukhbatu al-Fikr, karangan al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani, halaman : 103, terbitan Maktabah Aulad Syeikh Li Turats, Cairo.

4 - Minhaju Dzawi an-Nazhor Syarh Manzhumatu Ilmi atsar, karangan al-Muhaddis Muhammad Mahfuz Tarmasi, halaman : 226, terbitan Maktabah Musthafa al-Halabi, cetakkan ke empat 1406 - 1985.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan