Halaman

Sabtu, 20 Mac 2010

Hukum Menyeksa Binatang Bab Akhir

AWAS MENYEKSA BINATANG MENEMPAH NERAKA!

(Bilangan 266 Bahagian Akhir)

بسم الله، والحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن والاه

(Dengan nama Allah, Segala puji bagi Allah, Selawat dan salam ke atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, sahabat dan para pengikut Baginda)

6. Membakar binatang

Membunuh binatang dengan cara membakarnya sama ada yang boleh dimakan atau tidak adalah dilarang dan berdosa besar. ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘anhu meriwayatkan dengan berkata:

Maksudnya:
“Dan Baginda melihat sarang semut yang telah kami bakar. Maka Baginda bersabda: “Siapa membakar ini?” Kami menjawab: “Kami.” Baginda bersabda: “Sesungguhnya
tidak seharusnya diazab dengan api melainkan oleh Tuhan Pemilik api itu (iaitu Allah Subhanahu wa Ta‘ala).”
(Hadits riwayat Abu Daud)

7. Membunuh untuk dipersia-sia

Membunuh binatang dengan tujuan mensia-siakannya dan bukannya untuk dimanfaatkannya adalah satu penganiayaan. Asy- Syarid Radhiallahu ‘anhu meriwayatkan sebuah hadits mengenai hal ini dengan berkata:

Maksudnya:
“Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesiapa yang membunuh burung untuk dipersia-sia, ia (burung) mengadu (dengan suara yang kuat) kepada Allah ‘azza wa jalla di hari akhirat, dengan katanya: “Wahai Tuhan! Sesungguh si polan telah membunuhku untuk dipersia-sia dan dia tidak membunuhku untuk tujuan dimanfaatkan.” (Hadits riwayat an-Nasa’ie)
8. Menjadikan sebagai sasaran

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat mereka yang menjadikan binatang sebagai sasaran sama ada dengan melontarnya, memanahnya, menembaknya, melastiknya atau
sebagainya. Perkara ini disebut dalam hadits yang diriwayatkan oleh Sa‘id bin Jubair di mana Ibnu ‘Umar pernah menegur budak-budak yang melontar burung yang dijadikan sebagai sasaran dengan berkata:

Maksudnya:
“Siapa melakukan ini, Allah melaknat siapa yang melakukan ini. Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat sesiapa yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran.”

(Hadits riwayat Muslim)

Sesungguhnya sifat belas kasihan dan rahmat itu adalah antara beberapa tuntutan dalam agama Islam. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah
bin ‘Umar Radhiallahu ‘anhuma:

Maksudnya:
“Orang-orang yang bersifat rahmat dan belas kasihan, mereka itu dirahmati oleh Tuhan ar-Rahman, maka hendaklah kamu bersifat rahmat kepada penduduk-penduduk bumi, nescaya kamu akan dirahmati oleh siapa yang berada di langit.

(Hadis riwayat Abu Daud)

Sesiapa yang melakukan belas kasihan atau berlaku rahmat, sekalipun kepada binatang bukan saja Allah menerima amalnya itu, bahkan Allah akan mengampuni dosanya sebagaimana hal ini
disebut oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu peristiwa:

Maksudnya:
“Ada seorang laki-laki sedang berjalan, merasa sangat kehausan, lalu dia pun turun ke dalam telaga dan minum dari telaga itu, kemudian dia keluar, tiba-tiba dia melihat seekor anjing terjulur-julur lidahnya (sambil) menjilat tanah basah kerana kehausan. Orang itu berkata demi sesungguhnya telah sampai keadaannya seperti keadaan-ku, lalu dia (turun untuk) mengisi sepatunya (dengan ayer), dan dipegangnya dengan mulutnya, kemudian dia naik ke atas dan memberi minum anjing itu. Maka Allah Ta'ala menerima dan memuji di atas budinya dan ihsannya itu dengan mengampunkan dosa-dosanya. Lalu sahabat-sahabat yang ada di situ bertanya: “Adakah kita mendapat pahala berbuat baik kepada binatang-binatang? Baginda bersabda: “Berbuat baik kepada tiap-tiap hati yang hidup itu (yang bernyawa) diberi pahala.”
(Hadis riwayat al-Bukhari)

Oleh itu, janganlah menganiaya, menyeksa dan menzalimi binatang atau tidak ada belas kasihan terhadapnya. Melakukan penganiayaan, penyeksaan dan kezaliman terhadap binatang bukan
hanya menjauhkan kita daripada rahmat Allah Subhanahu wa Ta‘ala bahkan boleh mengundang azab di akhirat kelak.

Sumber : Mufti Brunei

Tiada ulasan:

Catat Ulasan