Halaman

Jumaat, 2 Januari 2009

Kepentingan Menyintai Ahlu Bait dan Batas Kecintaan Terhadapnya

Jawapan diberikan oleh Dr Ali Jum'ah (Mufti Republik Arab Mesir)

Soalan :

Sejauh manakah pentingnya sikap cinta kepada ahlul bait (keluarga) Nabi sallaLLahu 'alaihi wasallam? Apakah batas-batas kecintaan itu? Apakah batas-batas pemisah di antara cinta dengan sikap ekstrem (keterlampauan) yang tercela?

Jawapan

ALlah subahanahu wa ta'ala telah berfirman :

"Katakanlah " Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang di dalam kekeluargaan." (Surah Asy Syura : 23)


Terdapat riwayat sahih dari Sa'id bin Jubair radiyaLlahu 'anhu bahawa dia berkata tentang makna ayat ini,
"Tidaklah suatu kampung (sub kabilah) dari Quraisy kecuali ada hubungan kekeluargaan dengan Baginda sallaLlahu 'alaihi wasallam.. "Baginda sallaLLahu 'alaihi wasallam bersabda, "..hendaklah kalian menyambung tali kekeluargaan di antara diriku dengan kalian." (Riwayat Bukhari, Sohih BUkhari, vol 4 hlmn 1286)


Jelas ini merupakan perintah serta wasiat mengenai memperbaiki hubungan dengan keturunan Baginda SallaLlahu 'alaihi wasallam . Dalam ayat tersebut ALlah subahanahu wa ta'ala memerintahkan Baginda untuk menyampaikan kepada umatnya.

RasuluLLah sallaLLahu 'alaihi wasallam telah memerintahkan kepada kita untuk mencintai keluarganya dan menjadikan mereka tauladan dalam kehidupan. Dalam banyak hadith yang mulia, RasuluLLah sallaLLahu 'alaihi wasallam mewasiatkan kepada kita untuk mencintai keturunan Nabi sallaLLahu 'alaihi wasallam (selawat dan salam sejahtera untuk mereka semuanya). Kami kemukakan hadith yang di antaranya adalah berdasarkan kepada sabda Nabi sallaLlahu 'alaihi wasallam :

"Amma ba'du, Perhatikan! Wahai manusia, sesungguhnya aku hanyalah manusia (seperti kalian) yang sudah hampir didatangi oleh utusan Tuhanku, lalu aku menyambut. Dan, aku tinggalkan pada kalian dua hal yang besar; Kitab ALlah subahanahu wa ta'ala (al Quran) di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Maka berpedomanlah dengan Kitab ALlah subahanahu wa ta'ala dan berpegang teguhlah dengannya."


Nabi sallaLLahu 'alaihi wasallam menggalakkan kepada kita untuk berpedoman dengan Kitab ALlah subahanahu wa ta'ala dan menyukainya.

Kemudian Baginda bersabda,
"Dan semua keluargaku; aku mengingatkan kalian kepada ALlah subahanahu wa ta'ala pada (hak) keluargaku. Aku mengingatkan kalian kepada ALlah subahanahu wa ta'ala pada (hak) keluargaku. Aku mengingatkan kalian kepada ALlah subahanahu wa ta'ala pada (hak) keluargaku." Lalu Saidina Husain radiyaLlahu 'anhu bertanya, "Siapakah keluarga Baginda sallaLLahu 'alaihi wasallam wahai Zaid? Bukankah isteri-isteri Baginda sallaLlahu 'alaihi wasallam termasuk keluarga?" Dia (Zaid radiyaLLahu 'anhu) menjawab, "Isteri-isteri Baginda sallaLlahu 'alaihi wasallam termasuk keluarga Nabi sallaLLahu 'alaihi wasallam. Akan tetapi, keluarga Baginda sallaLLahu 'alaihi wasallam adalah orang-orang yang haram menerima sedekah." Saidina Husain radiyaLlahu 'anhu bertanya kembali, "Siapa mereka?" Dia menjawab, "Keluarga Saidina Ali radiyaLlahu 'anhu, keluarga Saidina 'Uqail radiyaLLahu 'anhu, keluarga Saidina Ja'far radiyaLLahu 'anhu, dan keluarga Saidina Abbas radiyaLlahu 'anhu" . Saidina Husain radiyaLLahu 'anhu bertanya, "Semua mereka ini haram menerima sedekah?" Dia (Zaid radiyaLLahu 'anhu) pun menjawab, "Benar."
(Hadith riwayat Ahmad, Musnad Ahmad, vol 4 hlmn 366; dan Muslim, Sohih Muslim, vol 4, hlmn 1873).

Demikian pula sabda Nabi sallaLLahu 'alaihi wasallam :

"Wahai manusia, aku tinggalkan pada kalian perkara yang apabila kalian berpegang dengannya, pasti kalian tidak akan tersesat : Kitab ALlah subahanahu wa ta'ala dan keturunanku (ahlulbait) " (Hadith riwayat Ahmad, Musnad Ahmad vol 3, hlm 26 dan Tirmidzi, Sunan Tirmidzi vol 5, hlm 662)

Jadi, kita hendaklah mencintai ALLah subahanahu wa ta'ala dengan sebanyak-banyak dan sedalam-dalamnya. Untuk mendapatkan cinta yang mendalam terhadap ALLah subahanahu wa ta'ala kita haruslah mencintai RasuluLLah sallaLLahu 'alaihi wasallam yang merupakan jendela kebaikan sebagai rahmat ALlah subahanahu wa ta'ala bagi seluruh semesta. Dengan cinta kepada RasuluLLah sallaLLahu 'alaihi wasallam, kita mencintai keluarganya yang mulia yang telah Nabi sallaLLahu 'alaihi wasallam wasiatkan kepada kita. Sangat besar keutamaan dan banyaknya kebaikan mereka (keturunan Nabi sallaLLahu 'alaihi wasallam).

Oleh itu, kedudukan cinta terhadap keluarga RasuluLlah sallaLLahu 'alaihi wasallam adalah di hati yang paling dalam bagi setiap Muslim. Itu merupakan tanda cinta kepada RasuluLLah sallaLLahu 'alaihi wasallam.

Maka dengan cinta kepada Baginda sallaLLahu 'alaihi wasallam, saya mencintai mereka. Sebagaimana cinta kepada Nabi sallaLLahu 'alaihi wasallam adalah tanda cinta kepada ALlah subahanahu wa ta'ala. Maka dengan cinta kepada ALLah subahanahu wa ta'ala, saya mencintai kebaikan. Seluruhnya berada dalam satu arah; sebagai media-media yang membawa kita sampai kepada tujuan. Kemudian ALlah subahanahu wa ta'ala memberikan kefahaman kepada kita akan maksud-Nya.

Sedangkan sikap ekstrim (rasa cinta berlebihan atau yang keterlampauan) itu tidak terdapat dalam cinta, tetapi itu ada di dalam keyakinan. Oleh itu, selama seorang Muslim bersih aqidahnya, maka tidak ada kekeliruan baginya di dalam cinta kepada RasuluLlah sallaLlahu 'alaihi wasallam dan keluarganya.

Kita wajib meyakini tidak ada Tuhan selain ALLah subahanahu wa ta'ala, junjungan besar kita Nabi Muhammad sallaLlahu 'alaihi wasallam adalah pesuruh ALlah subahanahu wa ta'ala, dan para Nabi itu ma'sum (terpelihara). Sedangkan manusia selain Nabi sallaLlahu 'alaihi wasallam seperti para ahlulbait keturunan yang suci dan Sahabat radiyaLlahu 'anhu yang mulia tidak ma'sum. Mereka itu mahfuz (dipelihara) dengan pemeliharaan ALlah subahanahu wa ta'ala terhadap orang-orang yang soleh.

Sumber : Prof Dr Ali Jum’ah, Penjelasan Terhadap Masalah-masalah KhilafiahAl Bayan – Al Qawin li Tashbih Ba’dhi al Mafahim, .2008, Penerbitan Dar Hakamah, Selangor

Tiada ulasan:

Catat Ulasan